
Banyak velg ditawarkan. Ada yang buatan lokal maupun luar negeri. Sama-sama menggunakan aluminium, bila salah pilih, nyawalah taruhannya. Barangkali, tanpa sengaja kita menangkap seseorang memandang kaki kita. Entah sadar atau tidak sadar, sorot tatapan tertuju bentuk sepatu yang kita gunakan. Barangkali sepatu tersebut bentuknya lucu, atau bersih, mengkilat, atau bahkan kotor tidak sesuai dengan baju dan celana yang dikenakan.
Akan tetapi, apa pentingnya sepatu? Ahli pergaulan mengatakan, sepatu menunjukkan kepribadian seseorang. Sedangkan ahli kesehatan mengatakan, sepatu penting karena melindungi kaki dari berbagai macam benturan benda keras, lunak, atau yang menjijikkan. Bentuknya, bisa mempengaruhi saraf yang ada di kaki, yang dipercaya berhubungan dengan organ-organ penting tubuh manusia.
Sama dengan sepatu, kita juga sering memperhatikan velg mobil. Bagi ahli teknik, begitu melihat velg, yang muncul di benaknya adalah hitungan daya tahan kekuatan. Karena itu, seperti yang kita saksikan, selama ini bentuk velg asli yang dikeluarkan pabrik pembuat mobil tidak pernah berubah, dan berwarna hitam. Mungkin karena bosan, warna hitam bisa dicat dengan warna metalik.
Selama ini pabrik pembuat mobil kurang memikirkan sisi estetika sebuah velg. Ini berbeda dengan kebiasaan manusia yang suka perubahan dan variasi, termasuk para ahli teknik. Velg sendiri jarang mengalami kerusakan. Lalu, kapan gantinya?
Tampaknya selera menjadi garapan mereka-mereka yang bergerak di bidang perlengkapan estetika mobil, khususnya velg mobil. Maka, bila kita mendatangi toko ban, akan ditemui begitu banyak velg yang dipajang. Saking banyaknya, kita bisa bingung sendiri, mana yang akan dipilih. Tidak hanya banyak macamnya, harganya pun berbeda-beda.
Beberapa tahun lalu, orang senang dengan velg yang bentuknya seperti jari-jari sepeda, berlubang kecil-kecil dan banyak. Model ini sudah jarang dipakai, karena setelah lama dipakai, akan tampak kotor sekali. Agar kelihatan bersih, ya harus sering dibersihkan. Padahal, untuk membersihkan diperlukan tenaga ekstra.
Lalu muncul tipe velg menyerupai jari-jari sepeda namun dengan jarak lebih jauh. Model ini pun cepat membuat orang bosan. Maka, kini banyak orang lebih senang menggunakan velg yang tampilannya gemuk. Meski bentuknya sederhana, namun velg yang umumnya dibuat dari aluminium ini mudah perawatan dan pembersihannya.
Meski demikian, yang paling penting adalah, velg perlu dirawat, agar selalu tampil bersih, rapi, kekar, dan keren. Ia selalu dicuci dan dilap dengan bahan kimia, agar selalu tampak mengkilap. Begitu juga dengan ban. Ban dicuci dengan detergen dan sikat, lalu setelah kering disemir dengan semir sepatu atau semir khusus ban.
Soal harga pun bermacam-macam. Ada velg buatan Indonesia diekspor ke Amerika lalu dikembalikan ke negeri ini sebagai made in USA dengan harga dollar. Ada pula velg buatan Surabaya yang harganya lebih miring. Namun, bagi maniak velg, mereka tahu benar, mana velg buatan luar negeri dan dalam negeri. Velg luar negeri, tampak luaran beda pada finishingnya, halus dan penuh perhitungan.
Sedangkan velg lokal kurang menggunakan hitungan kekuatan, lebih-lebih pada lubang mur roda. Umumnya terkesan semaunya saja. Buat lubang, lalu buat sedikit miring sebagai penahan velg, agar tidak mudah lepas. Padahal velg buatan luar, bila mau dipakai, memerlukan penggantian mur roda. Mur yang dipakai pun bukan sekadar mur roda yang dikrom, tetapi ada ring penahan agar velg tidak mudah lepas. Nah, bila suka dengan velg (aluminium), jangan asal pilih, karena nyawa taruhannya.
.jpg)





Jeep Wrangler TJ 1998
Lalu, mengapa pria yang memang sudah sangat terkenal akan kreasi-kreasi nakalnya pada modifikasi baik motor maupun mobil itu malah memilih untuk meng-copy Jeep Rubicon tunggangan Lara Croft? “Prinsip gue untuk modifikasi cuma ada dua. Yang pertama adalah gaya gue (sambil menunjuk Chevy BelAir ’57 yang sedang dikerjakan dengan gaya chop dan tembaga finished serta beberapa motor Harley-Davidson radikal karyanya) atau yang kedua adalah gaya untuk mengikuti tema-tema mobil atau motor yang ada di film,” katanya menjelaskan. “Beberapa contoh mobil dan motor yang pernah gue modifikasi dengan gaya movie theme ini adalah VW kodok Herbie dan H-D Panhead Captain America yang di-display di dalam.”
List komponen yang dikirim Bingky via e-mail ke California berupa seluruh off-road kit khusus untuk kaki-kaki berikut aksesorisnya. Itu berarti mencakupi perangkat suspensi, ban, dan velg. “Bahkan untuk ban dan velg saja gue tidak bisa mendapatkannya di sini. Untuk velg, gue baru nemu yang diameternya 16inci. Padahal butuhnya yang 17inci. Jadi pesan sekalian dengan bannya,” tutur Bingky. Jeep tomb Raider milik Bingky menggunakan ban lansiran Mickey Thompson berdiameter 35inci dengan model telapak Baja Claw yang melapis velg Classic II plus bead locks. Sementara suspensinya juga benar-benar ikut mengambil tipe suspensi dan shock breaker yang sama dengan yang digunakan oleh Miss Croft, yaitu lansiran Skyjacker. Setelah semua perangkat kaki-kaki didapat, Bingky pun kembali memesan flare fender rivet lansiran Bushwacker juga dari Amerika.
“Sambil menunggu, di sini gue pretelin semua aksesoris Jeep TJ yang lama, mengangkat hard top, mengganti daun pintu dengan model half door, dan kemudian mengecat bodi TJ dengan laburan warna silver yang memang warna asli seperti versi Rubicon terbaru. Sekitar satu setengah bulan kemudian, setelah barang pesanan datang maka gue langsung memasang semua komponen-komponen untuk kaki-kaki tadi. Masalah muncul waktu gue kembali mau pesan bumper depan dan belakang serta rollbar dimana menurut yang gue baca dibuat oleh Hanson Enterprise. Setelah gue kirim e-mail dan minta barang yang dimaksud ternyata mereka tidak bisa memenuhinya lantaran perangkat-perangkat berbahan besi tadi hanya mereka buat khusus untuk proses syuting film Tomb Raider. Dan bukan untuk dijual kepada umum. Akhirnya terpaksa gue buat sendiri di sini dengan bahan dari seamless dan stainless steel serta plat setebal 5mm. Ukurannya bisa gue dapat dengan memperhatikan secara detail porsi bumper dan mobil lalu membuat ukuran skalanya. Butuh waktu dua bulan untuk mendapat rangkaian bumper yang presisi dengan aslinya. Setelah itu gue juga melapis bodi-bodi mobil dengan plat aluminium supaya persis dengan aslinya,” tutur Bingky panjang lebar.
Setelah bumper dan rollbar terpasang, langkah apa lagi yang dilakukan Bingky untuk mempercepat proses replikanya? “Yang pasti, karena sudah ada bumper dan rollbar untuk menempatkan deretan lampu jadi gue segera mencari komponen-komponen penerang jalan itu. Gue datang langsung ke distributor resmi Hella di Jakarta dan membeli delapan buah lampu atas yang ‘nangkring’ di rollbar serta empat buah foglamp yang memang ditempatkan di plat bumper depan. Sementara untuk lampu tengah gue pakai merek Warn. Merek ini juga gue pakai untuk melengkapi bumper dengan perangkat winch,” katanya.

